Remaja sering bertindak nekat, merasa dirinya kebal, tidak rasional dalam memberi alasan dan menerima informasi, serta bertindak tanpa berpikir. Kenapa otak remaja seperti tak mengenal takut?
Ada kekuatan besar di otak, yang merespons reaksi otak untuk mencari potensi dan mengejar sensasi, yang bisa menggerakkan remaja untuk memilih hal yang berisiko sebagai hal yang benar.
"Dalam situasi tenang, remaja dapat merasionalisasi hampir sebaik orang dewasa," kata Ron Dahl, seorang dokter anak dan peneliti psikiatri anak di University of Pittsburgh Medical Center, seperti dilansir dari EDinformatics, Selasa (27/4/2010).
Namun, menurutnya Dahl, bila seorang remaja sedang stres, otak akan memerintahkan 'kognitif panas' yang membuat remaja melakukan tindakan berisiko.
Seharusnya, bagian otak lobus frontalis akan membantu mengerem keinginan untuk mencari sensasi dan menantang risiko tersebut.
Tetapi bagian otak ini adalah salah satu bagian otak yang terakhir berkembang, dan pada usia remaja biasanya bagian ini belum berkembang sepenuhnya.
Ketika bagian otak mengalami perkembangan ulang, remaja sangat rentan terhadap perilaku berisiko, seperti minum alkohol, narkoba dan kebut-kebutan. Dan tingkat kedewasaan otaklah yang menyebabkan hal ini terjadi.
Hasil studi ini dapat diimplikasikan untuk memahami otak remaja dengan kegiatan di sekolah, lingkungan, dan di rumah.
Salah satu tujuannya adalah untuk mempelajari apa yang guru lakukan untuk memanfaatkan waktu dengan perubahan otak murid-muridnya. Misalnya, jika beberapa bagian otak murid berkembang lebih cepat daripada yang lain, mata pelajaran sekolah bisa diajarkan dalam urutan yang berbeda.
Selain itu, studi tentang otak juga dapat membantu menyelesaikan konflik di rumah. Remaja dapat belajar banyak, tetapi bagian otak mereka yang terkait dengan emosi dan pengambilan keputusan masih dalam proses perkembangan.
No comments:
Post a Comment