Tuesday, March 2, 2010

Adu Strategi Menjelang Keputusan Akhir Century

Pertarungan antar partai-partai politik dalam kancah skandal Bank Century akhirnya mengerucut pada dua kubu. Kubu partai pendukung bailout yang dipimpin Demokrat di satu sisi, dan kubu partai penentang bailout di sisi yang lain. Dalam menit-menit terakhir menjelang keputusan akhir, adu strategi dua kubu ini kian sengit dan mulai masuk ke ranah publik.

Adu strategi tersebut bisa dibaca publik melalui langkah-langkah kedua kubu yang kian kentara.

Pertama, kubu Demokrat sepertinya mendisain hasil keputusan Pansus menjadi tiga opsi: A yang menilai bahwa keputusan bailout tidak bermasalah, B yang menilai bailout bermasalah tapi bukan pada tingkat kebijakan tapi hanya pada implementasi di tingkat teknis pelaksanaan, dan C yang menilai bailout bermasalah mulai dari tingkat kebijakan hingga pada teknis pelaksaan.

Tiga opsi ini setidaknya akan memecah hasil voting anggota paripurna menjadi tiga bagian. Satu opsi yaitu A, diyakini Demokrat akan solid, sementara opsi B dan C akan memecah kubu penolak bailout menjadi dua bagian. Secara matematis, A bisa sama dengan B tambah C.

Ternyata, strategi ini dimentahkan rapat Pansus melalui lobi-lobi di akhir pembuatan laporan. Ketika sidang Pansus diskor pada jam 19.30 hari Senin, saat itu seluruh fraksi Demokrat sedang mengikuti konsolidasi di kediaman SBY di Cikeas. Dan rapat baru dimulai lagi ketika jam 22 atau 10 malam. Pada jeda itulah, lobi Pansus minus Demokrat menghasilkan kesepakatan. Yaitu, opsi tidak tiga. Tapi, hanya dua: A atau C. Antara yang mendukung bailout dan yang menolak. Rapat pun berakhir pada pukul 00.30, yang sulit dimungkinkan terjadinya lobi antar anggota Pansus. Dan opsi itulah yang akhirnya secara resmi disampaikan ketua pansus di sidang paripurna.

Laporan akhir ini tentu akan menghambat langkah Demokrat dalam memecah suara kubu penolak bailout. Selain itu, dan inilah yang sangat penting, dua opsi ini menjadi pemandangan yang kongkrit kepada publik tentang dua hal yang tidak abu-abu. Yaitu, siapa yang mendukung bailout yang merugikan uang negara, dan siapa yang menentang bailout yang membela kepentingan rakyat.

Pada saat sidang paripurna keputusan akhir Century Selasa pagi, di luar dugaan, Demokrat merujuk keputusan Bamus yang hanya mengagendakan dua acara, pelantikan anggota dari fraksi PAN menjadi wakil ketua DPR, dan pembacaan laporan hasil Pansus. Sidang pun ditutup secara mendadak, tanpa mengikuti prosedur yang lazim.

Langkah ini dilakukan kemungkinan besar untuk memperluas ruang lobi-lobi kubu Demokrat dan pihak pemerintah dengan anggota DPR lintas fraksi yang jarang-jarang bisa berkumpul secara utuh di Jakarta bersamaan dengan agenda sidang paripurna Selasa kemarin. Tidak tertutup kemungkinan, jika voting dilangsungkan, akan ada perbedaan hasil antara pilihan pimpinan fraksi dengan para anggotanya.

Inilah yang sempat terlontar dari anggota fraksi Demokrat, Roy Suryo, dalam sebuah wawancara dengan sebuah stasiun televisi. Menurut Roy, skor antar fraksi bisa jadi berbeda dengan hasil voting di anggota fraksi.

Selain itu, penutupan sidang secara mendadak, bisa jadi, merupakan strategi Demokrat untuk memberikan ruang yang luas kepada fraksi-fraksi untuk menyampaikan pemandangan akhir fraksi di paripurna.

Langkah ini kemungkinan besar bisa efektif untuk mengubah hasil laporan pansus tentang dua opsi yang ditawarkan kepada paripurna. Dengan kata lain, kalau tidak bisa mempengaruhi laporan akhir di Pansus, bongkar saja di paripurna melalui pemandangan baru fraksi soal skandal Bank Century. Penundaan keputusan akhir bisa memberikan ruang Demokrat untuk melakukan lobi kepada pimpinan fraksi. Terutama, fraksi partai koalisi yang sejak awal memperlihatkan ketidaktegasan.

Satu hal yang mungkin luput dari perhatian publik soal pelantikan salah seorang wakil ketua DPR yang berasal dari fraksi PAN. Publik paham bahwa ketua umum PAN adalah orang kepercayaan SBY, yaitu Hatta Rajasa. Tidak tertutup kemungkinan, keberadaan wakil ketua baru ini akan memperkuat posisi tawar Demokrat dalam rapat pimpinan DPR. Dan itu terbukti ketika wakil pimpinan mengadakan rapat mendadak usai ricuh sidang paripurna kemarin. Saat itu, Marzuki dan wakil pimpinan baru dari PAN tidak ikut hadir.

Entah disain apa lagi yang akan dilakukan kubu Demokrat dalam paripurna pagi ini. Namun, satu hal yang mungkin dilupakan kubu Demokrat soal penundaan keputusan akhir skandal Century. Yaitu, semakin kuatnya opini publik tentang adanya penutupan skandal di balik bailout Bank Century yang melibatkan mantan gubernur BI yang saat ini menjabat wakil presiden.

Dua stasiun televisi berita di tanah air dan berbagai media massa lain justru memiliki peluang lebih banyak untuk memperlihatkan arogansi kubu Demokrat yang tidak akan dipisahkan dari sosok kepemimpinan SBY. Mungkin saja voting bisa dimenangkan kubu Demokrat, tapi opini publik justru kian membesar untuk menggilas kepemimpinan SBY.

Sebagai sebuah catatan, beberapa rezim di tanah air, bisa tumbang bukan karena kontraksi politik di lembaga resmi seperti DPR dan MPR. Tapi justru di opini publik yang secara efektif memobilisasi ketidakpuasan dan ketidakpercayaan massif terhadap pemerintahan yang ada.

No comments: