Wednesday, October 20, 2010

Skandal dan Kriminal Paus Borgia [3]

Anak dari hubungan gelap

IV. LUCREZIA (1480-1519)

Tidak ada satu pun potret Lucrezia Borgia yang mampu menangkap kesan kontradiksi alamiahnya lebih dari lukisan allegoris yang dibuat oleh Titian yang digantung di Borghese Gallery, Roma. Lukisan itu memperlihatkan Lucrezia di satu sisi sebuah kolam kecil, Venus yang telanjang di sisi lain, dan cupid kecil di antara mereka. Alegori yang diharapkan adalah penggambaran cinta suci (Lucrezia) dan cinta duniawi (Venus), bagaikan paradoks historis Lucrezia Borgia.

Lucrezia adalah anak perempuan Kardinal Rodrigo Borgia dan gundiknya Vannozza de Cattanei. Di usia sebelas tahun Lucrezia sudah bertunangan dua kali, tetapi pertunangan-pertunangan itu dibatalkan oleh Rodrigo. Setelah Rodrigo menjadi Paus Alexander VI, dia menikahkan Lucrezia dengan Giovanni Sforza, sehingga membentuk persekutuan dengan sebuah keluarga Milan yang kuat. Pernikahannya dilakukan oleh wali, dan selama empat bulan setelah pernikahannya sampai dengan kedatangan suami barunya di Roma, Lucrezia hidup di sebuah istana yang indah sebelum pindah ke Vatikan dengan gundik baru Paus, Guilia Farnese (suami Guilia telah pergi jauh akibat “usaha” Paus yang baik sekali). Kediaman berikutnya adalah istana Vatikan, di mana Alexander dengan mudah datang dan pergi, mengunjungi anak dan gundiknya tanpa pengawasan siapapun. Sebuah upacara pernikahan resmi diadakan sesaat setelah kedatangan Sforza, dengan lima ratus orang pengiring pengantin wanita yang dipimpin oleh gundik Paus. Sebuah pesta perkawinan yang diselenggarakan secara mewah, dengan penampilan sebuah komedi karya dramawan Romawi kuno Plautus, sebuah komedi tentang libertine-libertine, gundik-gundik dan germo-germo. Ini adalah sebuah peristiwa skandal, tetapi tidak lebih mewah dibandingkan dengan banyak pesta zaman Renaissance lainnya.

Setelah menjalani waktu selama dua tahun sebagai Countess Pesaro dan tinggal di daerah di mana Paus telah menempatkan menantunya pada sebuah ekspedisi militer, Lucrezia kembali ke Roma dengan suaminya. Dia diperbantukan sebagai nyonya rumah bapaknya pada resepsi-resepsi diplomatik. Sejak keluarga Borgia tidak memerlukan keluarga Sforza lagi, lambat laun kehadiran Giovanni Sforza di istana kepausan tidak berarti apa-apa. Aliansi-aliansi politik baru telah membuat hubungan baik dengan keluarga Sforza tidak diperlukan lagi oleh Paus.

Setelah mendapat informasi dari Cesare bahwa Giovanni akan dibunuh, Lucrezia langsung mengingatkan suaminya, sehingga Giovanni pergi meninggalkan Roma. Ini mungkin merupakan suatu cara Cesare dan Lucrezia untuk menyuruh suaminya pergi. Lucrezia sangat senang berhasil menyingkirkan suaminya yang membosankan itu, dan Alexander serta Cesare lebih senang lagi mendapatkan kemungkinan merancang perkawinan yang menguntungkan lainnya bagi Lucrezia. Tentu saja dalam hal ini yang pertama kali dilakukan adalah menyingkirkan Giovanni Sforza.

>>>“Lucrezia Borgia” karya Bartolomeo Veneziano

Alexander mulai menjalankan rencananya. Dia bertanya kepada paman Giovanni, Kardinal Ascanio Sforza, untuk menawari kemenakannya itu agar setuju bercerai. Giovanni menolak dan menghubungi anggota keluarga Milan lainnya yang berkuasa. Para keluarga Milan itu enggan bertengkar dengan Paus, tetapi mereka berusaha membela Giovanni dengan menyarankannya untuk membuktikan kejantanannya dengan tidur bersama Lucrezia, disaksikan oleh keluarga Borgia dan Sforza. Giovanni menolak usulan ini, meskipun orang-orang dekatnya tahu bahwa dia mampu melakukan pembuktian itu, dan balik menyerang. Dia menuduh Lucrezia melakukan incest dengan bapaknya dan kedua saudaranya: Cesare dan Giovanni, Duke kedua Gandia.

Terhadap tuduhan ini, Paus hanya bisa mengemukakan sebuah alasan valid untuk membatalkannya: non-consummation perkawinan, dan dia menawarkan kepada menantunya untuk mengambil seluruh mas kawin putrinya. Kepala keluarga Sforza mengancam mencabut perlindungannya terhadap Giovanni bila keponakannya itu menolak tawaran Paus. Giovanni Sforza tidak punya pilihan lain, dan menandatangani sebuah surat pengakuan gangguan impotensi serta dokumen-dokumen pembatalan pembuktian.

Demikianlah nasib sang suami pertama, Giovanni Sforza. Dia beruntung bisa keluar dari keluarga Borgia dengan selamat.

Selama perundingan perceraian berlangsung, Lucrezia beristirahat di sebuah biara terdekat, dan komunikasinya dengan Alexander selama itu hanya berupa pesan-pesan yang diantarkan oleh pengurus rumah tangga istananya yang masih muda, Perotto. Enam bulan kemudian, dalam keadaan hamil akibat hubungan haramnya dengan Perotto, Lucrezia hadir pada sebuah seremoni dimana Vatikan memberikan ketetapan yang menegaskan bahwa Lucrezia adalah “intacta”, yang berarti dia seorang perawan (virgin). Giovanni Sforza memberikan testimoni di bawah sumpah terhadap fakta ini dan perceraian menjadi kata “final”.

Cesare, begitu mengetahui kehamilan adiknya, menjadi marah. Dia mengejar Perotto dengan pedang terhunus, lalu menikamnya ketika Perotto berlutut di bawah singgasana Paus, sehingga darahnya muncrat ke haribaan bapaknya. Perotto selamat dari serangan ini, tetapi dia ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Beberapa hari kemudian, Burchard melaporkan bahwa Perotto “jatuh dan tenggelam di sungai Tiber karena kehendaknya sendiri”. Enam hari kemudian, tubuh Perotto diangkat dari sungai bersama dengan pelayan perempuan Lucrezia yang dipercaya telah memudahkan terjadinya affair itu.

Anak dari hubungan gelap ini lahir dengan penuh kerahasiaan, dan ketika Alexander akhirnya mengakuinya, maka anak itu disebut “infans Romanus”. Dia diberi nama Giovanni, dan merupakan sosok misterius dalam sejarah Borgia. Anak ini belum tampil hingga tiga tahun setelah kelahirannya, yaitu ketika Alexander mengumumkan bahwa anak tersebut memang infans Romanus, anak Roma; dan merupakan keturunan Cesare dengan seorang wanita yang tidak diketahui namanya. Ketetapan Kepausan (Papal Bull) pertama kemudian diikuti dengan ketetapan berikutnya, yang menyatakan bahwa anak tersebut adalah anak Paus sendiri, biar pun Paus telah berusia enam puluh tujuh tahun ketika anak itu masih berupa janin. Kepentingan Papal Bull itu untuk memberi alasan bagi Alexander mewariskan kepada Giovanni muda sebuah duchy Nepi, sebuah properti penting bagi keluarga Borgia.

Dalih untuk melegitimasi infans Romanus ini dengan mudah membuat masyarakat berasumsi bahwa anak tersebut adalah putra dari Lucrezia dan Alexander, atau Lucrezia dengan Cesare. Sejarawan Potigliotti memperkirakan bahwa Lucrezia telah menuntut diumumkannya dua buah Papal Bull tersebut karena dia tidak mengetahui yang mana di antara kedua “kekasihnya” itu, bapaknya ataukah kakaknya, yang sebenarnya menjadi ayah dari sang Giovanni muda.

Giovanni berpindah dari penjagaan yang satu ke penjagaan yang lain, yang berakhir bersama Lucrezia di Ferrara sebagai “sanak keluarga Lucrezia”. Sayangnya Giovanni tidak mewarisi gelar dan hak-haknya, dan sesudah bekerja seumur hidup sebagai seorang pegawai rendahan di istana-istana Vatikan dan Perancis, dia meninggal dalam kondisi relatif tidak dikenal di tahun 1548. Rumor yang menyatakan bahwa asal usulnya dari hubungan incest bermula dari serangan suami pertama Lucrezia kepada bapak mertuanya, dan rumor itu tetap berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut bisa jadi benar, atau bisa jadi Giovanni memang anak dari hubungan sembrono Lucrezia dengan Perotto.

Pada tahun itu juga, setelah terjadinya peristiwa dengan Giovanni Sforza di atas, Lucrezia menikah dengan Pangeran Alfonso dari Aragon yang berusia tujuh belas tahun di Naples, yang mengizinkan Alexander membentuk persekutuan lainnya dengan sebuah kerajaan penting kedua. Alfonso adalah Duke Bisceglie, sebuah daerah kepangeranan penting di Kerajaan Naples. Pesta perkawinan kedua ini semewah perkawinan pertama, dan kedua orang yang berusia tujuh belas tahun ini benar-benar gembira.

Sebagaimana kasus-kasus yang seringkali terjadi sepanjang periode sejarah, kesetiaan politik mulai membentur kembali, mengubah sekutu menjadi musuh. Alfonso, sang Duke Bisceglie, tiba-tiba menyadari bahwa dia dan keluarganya mulai tidak disenangi, dan Alexander mengalihkan dukungannya kepada musuh-musuh Kerajaan Naples. Meskipun Paus meyakinkan menantunya bahwa dia tetap disayangi –suatu saat pasangan muda itu diberi hadiah sebuah puri, bersama-sama dengan kota dan tanah-tanah Nepi-, Alfonso tahu bahwa segala sesuatunya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Untuk suatu alasan, Alexander memberikan jabatan Gubernur Spoleto dan Foligno (daerah-daerah yang biasanya disediakan untuk Kardinal-kardinal) kepada Lucrezia, terutama untuk menjadikan Alfonso sebagai seorang suami yang tidak berguna. Lucrezia, meskipun baru berusia sembilan belas tahun, bukan hanya sebagai pemimpin boneka saja di Spoleto dan Foligno, tetapi memang memiliki kemampuan untuk mengelola kota itu dengan baik.

Sesudah beberapa bulan kemudian, Paus membujuk Lucrezia dan suaminya kembali ke Roma, sambil menanti kelahiran anak mereka yang pertama, yang kemudian diberi nama yang sama dengan kakeknya: Rodrigo.

Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba terlihat Alfonso berlari melintasi alun-alun St. Peter karena diserang oleh sekelompok orang bersenjata. Dia menderita luka-luka serius dan hampir mati, tetapi segera dibawa ke apartemen Vatikan dan didatangi oleh sang istri, Lucrezia. Lucrezia yang menunggui suaminya di sisi tempat tidurnya, benar-benar takut karena dia sepenuhnya sadar bahwa saudaranya Cesare, berada di balik serangan itu. Atas perawatan yang sabar dan lembut dari istrinya, Alfonso sembuh.

Sayangnya dia lalu dikunjungi oleh saudara iparnya, Cesare; yang menyuruh Lucrezia, saudara iparnya Sancia, dan para pembantu keluar ruangan. Menurut beberapa sumber, Cesare memerintahkan kepada kepala pengikutnya untuk mencekik Alfonso. Alexander yang melihat Lucrezia dan Sancia keluar lari ketakutan dari kamar tidur Alfonso, segera mengirimkan para pelayannya untuk berusaha mencegah pembunuhan itu. Saat mereka masuk, semuanya sudah terlambat. Sebagaimana dilaporkan oleh Burchard, ”Karena Don Alfonso tidak mau mati akibat luka-lukanya, maka dia dicekik di tempat tidurnya.”

Demikianlah akhir riwayat suami kedua. Dia tidak seberuntung suami pertama.

Setahun kemudian, ketika memeriksa pendapatan-pendapatan tambahan baru dari penaklukannya atas bapak Alfonso, sang Raja Naples Federico, Alexander meninggalkan pengelolaan Vatikan dan Gereja di tangan Lucrezia. Seorang wanita yang berusia dua puluh satu tahun dan berperan sebagai kepala pemerintahan dunia Kristen, tidak terlalu mengejutkan para Kardinal Curia, yang terbiasa dengan sistem pemerintahan kepausan Alexander yang seenaknya dan keterlaluan. Paus sibuk mengumpulkan uang untuk membiayai petualangan-petualangan militer Cesare, dan mendapatkan mas kawin yang besar bagi Lucrezia, yang diharapkan menikah lagi dengan suami ketiga dari keluarga kerajaan, jika mungkin untuk saat ini.

Cesare membuat seleksi. Pangeran dan warisannya duchy Ferrara, sebuah negara kota yang berbatasan dengan propinsi Romagna milik Cesare, telah bersedia. Dia berusia dua puluh empat tahun dan seorang duda tanpa anak. Lucrezia yang berusia dua puluh satu tahun, amat tepat untuknya. Sebagai penukar mas kawin yang besar dan sebagai sebuah upaya pencabutan pajak kepausannya, Duke Ferrara setuju untuk menikah. Lucrezia akhirnya memperoleh suaminya yang ketiga dan terakhir.

Alfonso d’Este, Pangeran Ferrara, adalah tipe laki-laki yang sangat pendiam, yang tertarik pada artileri, musik dan rumah pelacuran, telah sanggup menawan hati istri barunya.

Seorang anggota istana menggambarkan Lucrezia sebagai berikut :

“Tingginya sedang dan bentuk tubuhnya anggun; wajahnya agak lonjong dengan hidung mancung, rambut keemasan, matanya keabu-abuan, mulutnya agak besar, giginya putih sempurna, dadanya putih halus dengan proporsi yang mengagumkan. Keseluruhannya memancarkan humor dan keriangan.”

Dari titik ini, Lucrezia menjadi seorang istri yang menyenangkan dan ibu yang mengagumkan.

Kecuali untuk beberapa hal. Ketika dia berhasil memuaskan suaminya dan memperoleh empat orang anak darinya, dia juga melakukan sebuah hubungan kasih dengan penyair Pietro Bembo. Apakah hal itu merupakan sebuah hubungan fisik ataukah sebuah roman platonik tidak begitu jelas, tetapi hal tersebut kadang kala menimbulkan kecurigaan-kecurigaan pada suaminya. Sesudah Bembo meninggalkan Ferrara menuju Venice, surat-suratnya kepada Lucrezia menjadi lebih resmi, dan pada tahun 1505 persahabatan itu berakhir. Yang mengherankan, hubungannya dengan Bembo telah menganugerahkan sebuah kepekaan artistik yang meningkatkan reputasinya di Ferrara.

Lucrezia selalu berpihak kepada saudaranya Cesare dalam berbagai petualangan militernya, dan ketika Cesare gugur, dia merasa hancur. Dia berupaya membuat proteksi untuk Rodrigo anaknya dari suami kedua, dan juga “saudaranya” Giovanni yang misterius, infans Romanus. Berlawanan dengan keinginan suaminya, dia membawa Rodrigo dan Giovanni ke Ferrara, di mana mereka bergabung di dalam sebuah rumah tangga yang sesak. Pada akhirnya kedua anak muda tersebut dikirimkan kepada Isabella dari Aragon yang berjanji untuk memperhatikan pendidikan mereka. Rodrigo meninggal pada tahun 1512, pada usia tiga belas tahun. Lucrezia yang berduka kemudian mengasingkan diri di sebuah biara. Sesudah sekian waktu, dia kembali lagi kepada suaminya.

Setelah melahirkan bayinya yang kelima ketika di Ferrara, yang meninggal sesaat sesudah lahir, Lucrezia terkena puerperal fever dan meninggal pada tanggal 24 Juni 1519. Dia berusia tiga puluh sembilan tahun.

Demikianlah Lucrezia; yang dituduh berpartisipasi dalam berbagai pembunuhan yang dilakukan oleh bapak dan saudaranya, yang dituduh melakukan incest dengan bapaknya atau saudaranya (atau keduanya), meninggal di kediaman suaminya yang saleh dan dihormati, Duke Ferrara. Salah seorang anaknya, Ercole, menggantikan posisi bapaknya sebagai Duke; sedangkan lainnya, Ippolito, menjadi seorang Kardinal. Keduanya dikenal karena kecintaannya pada kemewahan, sebagaimana tradisi keluarga Borgia terhadap dunia materi yang berlebihan.

No comments: